Blogger Jateng

Sekularisme Pun Terbatas


Copas dari Facebook
---------------------


Bagi orang-orang sekuler, kita tidak perlu mengurusi kebiasaan orang lain. Jangankan merokok, mabuk dan zina pun dibiarkan. Tapi pada akhirnya, sekularisme mentok juga. Tidak segala hal bisa dianggap urusan privat seseorang.

Di negara-negara sekuler, sudah biasa orang mengkritik pejabat publik yang memperlihatkan kebiasaan buruk. Obama dikritik karena merokok, padahal nggak pernah terlihat merokok di dapan publik... Demikian pula minum bir, misalnya. Orang Barat biasa minum bir, tapi pejabat publik pas disorot kamera ya harus jaim.

Gonta-ganti pacar, itu biasa bagi orang Barat. Tapi kalau Perdana Menteri, ya gak enak diliatnya. contohny PM Nicolas Sarkozy .. Artinya, sekularisme gagal mempertahankan prinsip ‘individualismenya’ sendiri. Pada kenyataannya, manusia itu makhluk sosial. Tidak hidup masing-masinng saja.

Bagaimana jika pejabat publik yang merokok? Siapa yang menyaksikan? (tentu pemirsanya bisa melebihi pemirsa Inbox atau Dahsyat ,, :lol: Berapa yang tergoda untuk mengikuti? Pada akhirnya, masyarakat sekuler di Barat pun mengakui kenyataan bahwa mereka harus melindungi anak-anak mereka sendiri.

Mereka tidak mau pejabat publik melakukan hal-hal yang tidak baik, agar anak-anak mereka tidak meniru. Kadang kalo di fikir .. maka negeri ini sudah enjadi lebih sekuler dari tetangga sekalipun.. Demi mempertahankan ‘hak-hak individu’, apa yang tidak selayaknya dibela pun dibela juga.

Di Indonesia, rokok sudah jadi masalah besar. Jangankan anak sekolah, balita saja ada yang merokok. Hebat kan? Katanya, industri rokok menghidupi banyak orang..OK. Tapi rokok membunuh berapa orang. Katanya, industri rokok mendatangkan pemasukan. OK. Lalu kerugian akibat merokok beberapa? Sudah dihitung? .. Think ...

Di Barat, aturan-aturan ketat seputar rokok sudah diterapkan. Merokok itu dibikin susah. Sampai-sampai Philip Morris harus bangkrut di beberapa negara yang menerapkan aturan ketat rokok (Belanda dan Autralia mereka Gulung LAPAK). Malah ada negara yang berwacana agar negaranya dijadikan benar-benar bebas rokok. Nggak jauh-jauh negara tetangga kita Singapura punya cita-cita tersebut.

Lagi-lagi sekularisme gagal. Diam-diam banyak juga orang sekuler yg percaya pada "kebenaran absolut" Generasi muda hancur karena rokok, tetap saja rokok dibela terus. Atas nama kebebasan. Ada dilapangan sudah miskin, kecanduan merokok pula. Makin susah hidupnya. Tapi atas nama kebebasan, rokok harus dibela. Kalau bener pake logika, rasionalitas dan fakta-fakta ilmiah, harusnya semua orang sekuler itu tahu buruknya rokok.

Setidaknya, kaum sekuler yg masih berakal masih berusaha mencegah ekses negatif dari hal-hal tersebut. Tapi # Sekuler Inlander nggak.. Saya hanya ingin katakan bahwa banyak ortu yang berharap anak- anak mereka bisa memiliki panutan yang baik. Itu saja.
---------------------------------------------
ternyata sumber aslinya : INI