Blogger Jateng

PEMULUNG DAN ANAKNYA


Hari Minggu 7 Oktober 2007 , kurang lebih jam 18:30 malam di trotoar jalan Kapten Tendean, untuk ke sekian kalinya, menyaksikan kembali "pemandangan" yang akhir-akhir ini menjadi agak mengusik hati. "Pemandangan" tersebut adalah suami istri pemulung dan anaknya.


Hampir setiap hari, terutama jika pulang malam, kutemukan orang-orang seperti mereka. Jumat malam, di sebuah tempat pembuangan sampah di jalan Mampang Prapatan Raya, tampak seorang ibu sedang menimang anaknya yang kira-kira baru berumur 5 bulan, beralaskan sebuah karpet plastik. Sementara yang bapak bersama pemulung lain, sibuk memilih sampah yang bernilai jual untuk dimasukkan ke gerobaknya.

Di hari yang lain di seberang pasar Mampang, tampak suami istri pemulung bersama sang buah hati yang bearda ditengah tengah mereka, beralaskan karpet plastik dan berlindung di balik gerobak yang masih kosong. Mereka bertiga tampak sedang beristirahat, sambil bercanda dengan anaknya yang kira-kira berumur 1 tahun. Mereka tidak menghiraukan lalu lalang orang berjalan di depan mereka, ataupun mobil-mobil mewah yang melintas. Ditempaat lain terlihat bapak pemulung yang gerobaknya telah penuh, berjalan dengan sang anak yang tidur nyenyak di atas tumpukan sampah beralaskan plastik.

Melihat mereka semua, ada rasa iba, ada juga rasa tersindir. Mungkin ini semua adalah petunjuk dari Allah agar kita merasa bersyukur. Bersyukur karena masih bisa hidup di tempat yang layak. Karena kebanyakan dari kita terlalu banyak meminta, mengeluh dan tidak pernah merasa cukup.

Para pemulung itu juga belum tentu tidak bahagia, setidaknya mereka bisa berkumpul, bisa bercanda dengan si buah hati, di mataku itu adalah sesuatu membuatku iri, karena aku tidak merasakannya. Mungkin juga dirasakan oleh para perantau yang meningglkan keluraganya demi mencari nafkah.

Tapi, kebahagiaan adalah bagaimana cara menyikapi sesuatu dengan tenang, banyak bersyukur akan apa yang kita dapat dan...selalu merasa cukup