Ngomongin hal lain terus selama ini, malah tidak pernah cerita keluarga sendiri. Heran sekaligus bahagia, jika melihat perkembangan kedua anak kembar saya. Heran karena logikanya jalan. Kalo ada sesuatu mereka bisa menyimpulkan dengan tepat. Atau jika ada sesuatu yang tidak pada tempatnya, mereka langsung protes.
Berikut sedikit contohnya:
- Ketika si ibu sedang menasehati agar anak-anak mengurangi permen. Istri saya mencontohkan mbahnya (mertua saya) yang terkena diabetes. Tanpa diduga si kecil menjawab :” Lho berarti mbah waktu kecil suka makan permen ya ma?”
- Ketika saya ajak ke Semarang, kalo jalan-jalan (jarak dekat) selalu naik becak. Ketika dibahas, jika di rumah tidak pernah naik becak. Si kecil langsung nyeletuk :”Ya jelas lah, kan di rumah ada motor.”
- Ketika beli buku baru, ada bab berjudul Sinar Matahari Baik Untuk Kesehatan. Si Kecil langsung teriak:”Itu kan bagus, ibu sih suka melarang kalo main di luar!”
Oh iya di saat umur 4 tahun si junior sudah bisa membaca (Padahal saya umur 6 tahun baru bisa). Begitulah keajaiban-keajaiban selalu saya temui setiap hari pada diri si kecil. Karenanya ketika mendapat brosur keselamatan berkendara, langsung saya bawa pulang dan saya kasihkan ke anak saya. Dengan harapan, mereka mempunyai dasar yang kuat tentang berlalu lintas yang benar.
Kita sebagai orang tua harus mengarahkan anak-anak ke jalan yang benar.
Ada pendapat, anak mulai nakal diabiarkan saja, apalagi buat anak laki-laki. Bagi saya tidak berlaku. Prinsip saya seperti halnya naik motor, ada kemudi, ada gas, ada juga rem. Kemudi untuk mengarahkan ke kanan, kiri atau lurus. Gas untuk membuatnya berjalan. Terakhir rem untuk mengendalikan kecepatan.
Jika anak nakal apa-apa diiarkan dibiarkan, bagaikan motor tanpa rem.